Tuesday, August 10, 2021

Alhamdulillah, selesai sudah perjalanan S3 ini diakhiri dengan sidang promosi sebagai pengukuhan gelar Doktor kepada saya dengan predikat Cumlaude.


Alhamdulillah, selesai sudah perjalanan S3 ini diakhiri dengan sidang promosi sebagai pengukuhan gelar Doktor kepada saya dengan predikat Cumlaude.

Terima kasih kepada Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ariza Patria dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr. Emil Dardak yang telah berkenan memberikan ucapan selamat.

Saya upload dalam youtube ini:

https://www.youtube.com/watch?v=zUObvFipunE

https://www.youtube.com/watch?v=v_b-bJ1076U

----

Berikut ini adalah sambutan dan ucapan terima kasih yang saya sampaikan pada sidang promosi doktor tanggal 9 Agustus 2021.

Assalamu’alaikum wr wb

Yth Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Ketua Program Pascasarjana Ilmu Management, Promotor, para ko-promotor, para penguji serta hadirin sekalian. Alhamdulillah kita bertemu dalam acara hari ini, acara yang menjadi bagian penting dalam sejarah hidup saya. Pertama-tama saya bersyukur kepada Allah SWT, yang atas berbagai nikmat dan keberkahan-Nya hingga akhirnya saya berada di hari ini.

Sedikit cerita tentang S3 ini, perjalanan doctor ini adalah perjalanan panjang dan penuh perjuangan, mulai dari seleksi SIMAK, mempersiapkan proposal, interview hingga Alhamdulillah saya diterima dalam program S3 Strategic Management. Perkuliahan tatap muka dilakukan selama 3 semester. Kemudian, dimulai proses penyusunan disertasi dilakukan dengan dimulai tahap ujian Proposal 1, Proposal 2, pengambilan data dilapangan, pengolahan data, ujian terbuka seminar hasil, publikasi jurnal international hingga sidang promosi hari ini.




Untuk itu perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak berikut ini yang telah berjasa besar dalam perjalanan Pendidikan doctor ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan semuanya.

  1. Terima kasih kepada Bapak Teguh Dartanto, Ph.D Dekan FEB, serta Prof Irwan Adi Eka Putra, Ketua PPIM, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, yang telah memberikan pengalaman belajar yang sangat luar biasa. Mulai dari saat awal kuliah hingga saat ini.

  2. Dan tentu saja Terima kasih kepada Promotor yang luar biasa, Prof. Rhenald Kasali, Ibu Dr. Ezni Balqiah dan Bapak Dr. Manerep Pasaribu yang selama 3 tahun ini bersama-sama sebagai tim dalam memberikan advice dan arahan dengan kesabaran dan ketelitian yang luar biasa.

  3. Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada ketua penguji Bapak Dony Abdul Chalid, Ph.D, dan para penguji Bapak Dr. Muhammad Awaludin (Dirut Angkasa Pura 2), Ibu Ratih Dyah, PhD, Ibu Riani Rachmawati, PhD, dan Dr. Setyo Hari Wijanto yang telah meluangkan waktu, perhatian dan masukan yang sangat besar untuk perbaiki kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini.

  4. Terima kasih kepada semua guru besar dan dosen-dosen di PPIM yang sangat luar biasa yang telah memberikan ilmu yang sangat banyak dan penting kepada kami sebagai mahasiswa.

  5. Terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua saya, Bapak H. Thohar dan Ibu Neneng Herawati, yang telah membawa saya kedunia ini, membesarkan serta mengantarkan saya dengan usaha dan doa terbaik hingga sampai ketitik ini. Semua keberhasilan yang diraih saat ini sesungguhnya adalah keberhasilan orang tua saya. Tugas saya hanya menaati dan berbakti kepada orang tua. Dan juga kepada mertua saya, Bapak Ujang Cici dan Ibu Nunung.

  6. Terima kasih kepada keluarga kecil saya, istri saya Ratnayani, dan kedua anak saya Neva & Athifa. Yang dengan kesabaran merelakan waktu keluarga untuk saya digunakan dalam belajar, menulis, meneliti dan menyelesaikan S3 ini. Dan untuk istri saya, yang saat ini juga menempuh pendidikan S3 di Program studi Gizi, Fakultas Kedokteran UI semoga cepat selesai, agar kita tidak lagi memikirkan biaya kuliah..hehe.

    Sedikit flashback, Sewaktu saya mengambil kuliah S2, tahun berikutnya istri saya juga mengambil kuliah S2. Dua tahun setelah saya kuliah S3, istri saya pun mengambil kuliah S3. Jadi inilah cara kami untuk saling menguatkan, menginspirasi dan saling memahami satu sama lain.

  1. Terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada teman-teman Angkatan di

    S3 Strategic Management ini, Dr. Harry Patria, Dr. Muhammad Zulkifli, Pak Nyoman Yetna, Dr. Darwin Silalahi , Mas Boy Bayu, Mas Alvin Siregar, Mas Aziz, Mas Deon Montasser, , Pak Arif, Pak Oskar. Mereka adalah orang-orang hebat, saya amat bangga bisa satu kelas dan dekat dengan mereka. Mereka adalah orang-orang yang kerap membantu saya dari masa awal kuliah, hingga menyiapkan promosi ini.

    Saya masih ingat di tahun-tahun pertama kuliah adalah saat-saat yang sangat berat namun sangat berkesan. Tidak jarang kami pulang hingga pukul 2 pagi, mengerjakan tugas paper maupun presentasi, kami sampai mencari tempat yang buka hingga tengah malam, biasanya kami bergadang di fakultas hukum bahkan hingga mencari Mc.D 24 jam. Namun, setelah itu, saat memasuki tahap disertasi memang kami sudah tidak bersama dikelas, namun kami sering bertemu untuk berdiskusi, dan saya mendapat banyak sekali bantuan mulai dari mencari paper, mengolah data, menulis disertasi dan lain-lain Kebersamaan dengan teman-teman seperjuanglah sangatlah penting dalam perjalanan pendidikan doctor untuk saling menjaga spirit agar tetap bernafas panjang hingga garis finish ini.

    S3 bukan hanya teman seangkatan, saya berterima kasih juga dengan para senior diantaranya Dr. Adhi Santoso, Mbak Diana, dan lainnya yang telah sangat-sangat membantu sejak awal hingga saat ini.

  2. Terima kasih kepada tim PPIM Mbak Devi, Mas Wisnu, Mbak Banuratih, Pak Herman, dkk yang sangat sabar, tak kenal lelah membantu saya dari awal pendaftaran, perkuliahan hingga saat ini.

  3. Terima kasih kepada atasan saya, Lee Chew Tan, Managing Director Amazon Web Services (AWS) ASEAN yang memberikan spirit dan kemudahan dalam menyelesaikan disertasi ini dan rekan-rekan AWS dari beberapa negara hadir disini. Tak lupa juga saya ucapakan terima kasih kepada Cisco Systems, Bapak Charles Sutanto, dan Ibu Marina Kacaribu, tempat saya bekerja diawal-awal masa kuliah yang telah memberikan beasiswa untuk S3 ini.

  4. Terima kasih kepada 75 pimpinan perusahaan IoT yang telah menjadi respondent dalam penelitian ini, juga kepada Bapak Charles Sutanto, Mas Ali Fahmi, Pak Tommy Soegianto & Frebby Soegianto yang menjadi narasumber interview.

Sedikit mundur kebeberapa tahun silam, saya sadari, saya bukanlah akademisi, ilmuan maupun penulis. Saya hanya pegawai sebuah perusahaan teknologi. Kala itu saya gundah dan gelisah, karena merasa banyak sekali kekurangan dan ketidaktahuan. Sehingga saya memutuskan untuk belajar lagi dengan mengambil kuliah S3. Banyak yang bertanya, mengapa saya ambil disini?

Jadi sepanjang saya mencari dan bertanya-tanya, ternyata S3 Strategic Management UI adalah pilihan terbaik yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu saya memutuskan untuk kuliah disini.

Jadi sebetulnya sejak hari pertama saya kuliah, saya sangat berharap akan bertambah pintar, dan tau banyak hal. Namun kenyataan yang saya dapatkan sangatlah berbeda. Semakin banyak saya belajar disini, semakin bodoh saya, semakin sadar bahwa sangat banyak hal yang tidak saya ketahui. Saya bingung dan tidak tau apa yang sedang terjadi.

Namun dalam perenungan, saya menemukan sebuah harapan ketika membaca ungkapan dari Umar bin Khatab.

Umar bin Khatab mengatakan bahwa belajar ilmu itu mempunyai 3 tingkatan:

1) Barangsiapayangsampaiketingkatanpertama,diaakanmenjadiseorangyangsombong. 

2) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan kedua, dia akan menjadi seorang yang tawadhu` atau rendah hati

3) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan ketiga, dia akan merasakan bahwa dia tidak tahu

apa-apa.”

Menarik apabila ketiga tingkatan ini dianalogikan dengan tingkatan akademis. Lulus S1 wajar masih sombong, lulus S2 mulai menjadi tawadhu atau rendah hati, dan lulus S3 harusnya merasa diri tidak tahu apa-apa.

Di era modern ini, Steve job juga berkata, Stay Foolish, Stay Hungry. Agar bisa selalu terbuka menerima pengetahuan-pengetahuan baru.

Saya berharap, semoga saya dan kita semua berada di tingkatan ke 3, atau setidaknya di tingkatan ke 2, yaitu menjadi orang yang tawadhu atau rendah hati.

 

Terakhir, mohon doakan saya agar tetap memiliki semangat dalam belajar hingga akhir hayat, dan ilmu yang didapat dari semua guru disini menjadi keberkahan.
Berkah dalam arti bukan hanya bermaanfaat bagi diri saya sendiri namun juga membawa kebaikan, dan manfaat yang berlipat-lipat bagi orang lain dan semakin lama semakin bertambah kebaikannya.

Saya akhiri, terima kasih 

Wassalamu’alaikum wr wb 

 

Wednesday, December 20, 2017

Change & Digital Economy


Seperti biasa, ditiap sesi terakhir semester kami selalu berfoto bersama dosen. Kali ini dimata kuliah Change kami juga berfoto dengan dosen kami, Prof Rhenald Kasali.

Di kuliah ini, kami ditugaskan tiap 1 minggu membaca 3 buku (rata-rata 300 halaman) kemudian membuat file presentasi dan harus selalu siap mempresentasikannya secara individual di kelas. Orang yang akan presentasi akan ditunjuk langsung Prof Rhenald saat itu juga….#degdegserrr!!! 
Jadilah semua orang harus membaca 3 buku tiap minggu, membuat PPT & harus prepared ...siapa tau tiba-tiba ditunjuk untuk maju. 

Bagi saya pribadi ini tantangan berat. Prof Rhenald pernah bertanya pada kami, berapa banyak buku yang anda baca dalam 1 tahun. Kemudian saya menjawab, saya hanya membaca 4 buku tiap tahun. Kemudian dalam hati saya bilang bahwa itupun gak semuanya tamat dibaca…hihi. Sedangkan kali ini saya harus baca 3 buku tebal dalam 1 minggu, berbahasa inggris, dan harus fasih mempresentasikannya di depan kelas…..Didepan para kandidat Doktor UI dan didepan Prof Rhenald tentunya dengan segala tanya jawab & saling argumentasi.


Beberapa buku yang ditugaskan pada kami untuk dibaca diantaranya: Blockchain Revolution (Don Tapscott & Alex Tapscott), Digital Economy (Don Tapscott), Why Nations Fail,  The Innovator’s Solution (Clayton M. Christensen), The Innovator’s Dilemma (Clayton M. Christensen), The Third Wave (Steve Case), Preparing for the Twenty-first Century (Paul Kennedy) dll.
Buku-buku itu bertema ekonomi digital, disruption & inovasi. Bisa dibilang ini actual dengan realitas yang terjadi, dimana era Internet begitu pesat merubah perekomonian bahkan kehidupan manusia hampir disegala dimensi. 


Dari buku itu banyak pelajaran yang bisa diambil, salah satunya telah terjadi perubahan besar dalam perekonomian & bisnis. Banyak perusahaan raksasa terjungkal hanya karena startup kecil yang baru lahir kemarin sore. Mereka yang tidak berubah dan tidak peduli dengan perubahan akan menjadi “old” tergerus dimakan jaman oleh yang ”now”. 


Di akhir kuliah ini Prof Rhenald berpesan pada kami “Apa yang anda pelajari disini bisa aja sudah tidak relevan dalam 4-5 tahun kedepan sebab segala sesuatu akan berubah. Jadi tetaplah membaca dan stay relevant dengan segala perubahaan yang akan terjadi"


#PhDJourney

Wednesday, April 19, 2017

Dark Social Media



Dark Social Media


Salah satu Trend Digital Economy yang digadang-gadang booming di tahun 2017 ini adalah munculnya Dark Social Media.


Tren ini terjadi ketika Social Media (facebook, twitter dkk) akan semakin marak dengan suara-suara kebencian, intoleran, saling sindir, dan subur dengan berita-berita Hoax.


Dan implikasinya bagi dunia bisnis dan ekonomi bisa sama kelamnya : kegaduhan yang amat tidak produktif semacam itu sangat potensial merusak stabilitas sosial dan keamanan (berkali-kali kita sudah melihatnya).

Dan kita semua paham, saat stabilitas dan ketertiban sosial terganggu, maka kegiatan ekonomi dan bisnis dengan mudah terjungkal. Mulai dari mall dan glodok jadi sepi, investor ndak jadi invest, atau bisa juga pabriknya ditutup dan pindah ke Vietnam yang tentram dan aman. PHK karyawan pabrik deh.

Majalah TIME beberapa waktu memang merilis laporan yang suram : betapa Facebook dan Twitter telah berubah menjadi media yang amat destruktif bagi penegakan peradaban yang toleran, rasional dan jernih dalam berpikir. Sad but true.

Apa boleh buat. Ke depan tren munculnya “dark social media” ini mungkin akan terus tumbuh. Karena itu blog dengan konten berkualitas mungkin harus terus dimunculkan untuk membuat wajah internet kita menjadi lebih mencerahkan.

Bagaimanapun, tren ini mungkin juga sebuah kidung sendu dibalik ledakan digital economy yang mengharu-biru.


source: http://strategimanajemen.net/…/4-tren-digital-economy-201…/…






Jakarta, 5 January 2017

Pertimbangan Manajemen Bisnis dalam Memilih Agus, Ahok atau Anies



Pertimbangan Manajemen Bisnis dalam Memilih Agus, Ahok atau Anies


Pilkada DKI akan segera dilaksanakan tanggal 15 Februari 2017, tinggal beberapa hari lagi.

Ekonomi bisnis Jakarta tak pelak merupakan urat nadi negeri ini. Sekitar 70% peredaran uang ada di kota Jakarta. Maka proses pemilihan top leader ini mungkin memberikan impak yang signifikan bagi roda ekonomi bisnis bangsa ini.

Jadi siapa top leader Jakarta yang layak dipilih?

Dalam perspektif human capital management, memilih leader yang tepat amat krusial dampaknya.

Saat Anda memilih leader yang tidak kompeten, atau juga the right man on the wrong place, maka hidden cost-nya amat mahal.

Ya benar – biaya akibat memilih leader yang tidak kompeten amat mahal harganya. Dan ini merupakan problem yang serius di negeri ini.

Problem birokrasi di negeri ini ada dua : korupsi dan aparat yang tidak kapabel.

Benar biaya korupsi memang mahal. Namun memilih top leader yang tidak kapabel sebenarnya menimbulkan “hidden cost” yang jauh lebih mahal – bisa puluhan kali lipat lebih costly daripada sekedar biaya korupsi.

Hidden cost ini misal muncul dalam projek yang terlambat, pelayanan publik yang buruk, tidak punya langkah terobosan yang inovatif dan value added, dst, dst. Kalau dikuantifikasikan, ongkos ini akan amat mahal.

Namun memang hidden cost leader yang inkompeten tidak begitu “mencolok” dan “kalah heorik” dibanding korupsi. Padahal implikasinya jauh lebih serius.

Itulah kenapa kita memerlukan lebih banyak top leader yang kapabel seperti Ridwan Kamil, Risma (Surabaya) atau Anas (Banyuwangi).

Itulah pandangan dari sisi human capital management tentang top leader competency.

Sekarang dari tiga kandidat yang ada : Agus, Ahok dan Anies, siapa yang paling layak dipilih?

Agus Harimurti Yodhoyono. Figur ini sejatinya sosok perwira muda yang cemerlang (lulusan terbaik Akademi Militer 2000 – dan kelak layak menjadi Panglima TNI).

Ia juga sosok yang hobi membaca dan pernah mengenyam pendidikan pasca sarja di Harvard – sekolah top dunia. Ia mungkin bisa menjadi figur milter intelektual yang bagus.

Namun performanya dalam Debat 1 dan 2 agaknya kurang meyakinkan. Jawabannya cenderung terlalu mengawang-awang dan terlalu banyak jargon yang tidak konkret. Sayang sekali.

Padahal Agus tampaknya punya talenta untuk lebih cekatan dibanding ayahnya yang dulu tergolong terlalu hati-hati dalam make decisions. Agus lebih trengginas – mungkin lebih meniru gaya ibunya yang cekatan.

AHOK. Kinerja dia dalam mengelola Jakarat sebenarnya relatif memuaskan (seperti yang terlihat dalam berbagai survei kepuasan publik).

Sungai-sungai menjadi lebih bersih, pasukan Oranye menjadi legenda, dan Kalijodo disulap menjadi taman yang amazing. Fakta berbicara dengan cukup meyakinkan.

Langkah terobosan Ahok juga beragam dan dia cepat dalam make decision and action (sebuah tindakan yang amat dibutuhkan untuk mengelola Jakarta yang penuh bottlenecks).

Namun sayang, gaya komunikasi dia cenderung frontal dan kurang elegan. Sejumlah blunder krusial dia lakukan; dan implikasinya mungkin bisa fatal.

Sejumlah kalangan Muslim juga menolak Ahok dengan penuh heroisme dan vokal. Resistensi ini kelak bisa terus memunculkan instabilitas politik dan keamanan – sebuah petaka bagi kalangan pebisnis yang merindukan ketenangan.

Resistensi yang menyebabkan kegaduhan politik ini bisa sangat merugikan iklim investasi. Dan sudah pasti, kalau ada demo yang rame dan gaduh, omzet bisnis penjualan cenderung anjlok.

Kecuali omzet bakul ketoprak dan pedagang asongan yang selalu rame pas jualan ditengah demo. Makin sering demo, makin senang para pedagang kecil ini

Anies Baswedan. Sosok ini dikenal sebagai figur yang cukup santun, punya integritas, bersih dan dikenal sebagai “orang baik – good man”.

Anies memang kaya akan gagasan dan pemikiran. He is a good thinker. Mudah-mudahan figur Sandi sebagai wakilnya bisa menjadi komplemen yang cekatan melakukan aksi nyata (dan bukan hanya sekedar membangun wacana filosofis khas pemikir).

Disclosure : Anies ini dulu teman seperjuangan saat kami masih sama-sama mahasiswa kere (tapi penuh idealisme). Beberapa kali satu panggung, saat kami bersama memberikan orasi saat dulu melawan keganasan Rezim Soeharto.

DEMIKIANLAH sekilas analisanya.

Dari sisi manajemen kinerja, mungkin Ahok pilihan yang reasonable. Namun dari sisi risk management, pilihan ini memunculkan risiko ancaman gejolak dan instabilitas keamanan yang merugikan iklim bisnis.

Pilihan Anies dan Agus mungkin akan membuat laju terobosan kinerja di Jakarta akan sedikit melambat; namun punya potensi untuk membuat Jakarta yang relatif lebih tenang dan jauh dari kegaduhan publik.

Jadi kalau diminta untuk memilih, apa preferensi pilihan saya?

Saya termasuk golongan “undecided voters” (swing voters). Karena masih swing, saya mungkin bisa lebih netral dan berimbang dalam memberikan penilaian – bukan seperti mereka yang fanatik terhadap satu calon, dan karenanya mudah terjebak dalam “confirmation bias trap” yang acap penuh emosi.

Apa Ahok layak dijadikan pilihan? Kinerja dia mengesankan. Ia juga dikenal anti-korupsi, bersih, tegas dan penuh action (sejumlah elemen krusial untuk memimpin Jakarta).

Namun sayangnya, resistensi yang menggelora ditambah gaya komunikasi dia yang cenderung frontal dan tidak sensitif, rentan memunculkan komplikasi dan kegaduhan publik yang tidak produktif. Komplikasi ini bisa amat menganggu iklim bisnis dan investasi. Dari perspektif bisnis, ini adalah pilihan yang kurang menguntungkan.

Karena itu, pak Ahok is not my choice, but I will be missing him so much.

Apakah Agus layak jadi pilihan? Sejatinya Agus ini menjanjikan potensi leadership yang cekatan dan tegas.

Dari obersvasi psikologis, Agus lebih mewarisi gabungan gen kakeknya, Jendral Legendaris Sarwo Edi yang tegas dan ibunya yang cepat bertindak. Menurut saya, leadership capabilities Agus lebih solid dibanding ayahnya.

Karena itu, Agus ini merupakan pilihan yang cukup menjanjikan.

Bagaimana dengan Anies? Sekali lagi, he is a good man dan punya integritas.

Anies mungkin akan lebih menyentuh sisi humanisme dalam membangun Jakarta (mungkin akan lebih fokus pada harmoni sosial, pergerakan komunitas dan beragam festival kebudayaan).

Jika disertai dengan implementation skills yang solid, Anies sangat berpotensi menjadi leader yang menginspirasi warganya untuk ikut bergerak. Ia memang piawai dalam membangun “dimensi manusia” dalam proses pembangunan bangsanya.

Ia punya potensi untuk menjadi “little Soekarno” yang mampu menghipnotis segenap warganya untuk optimis bergerak dan membangun masa depan.

Lebih karena alasan yang bersifat personal, saya memang cenderung akan lebih memilih Anies sebagai top leader Jakarta.

Terlepas dari pilihan saya yang mungkin salah dan tidak ideal, saya memprediksi Anies Baswedan yang akan terpilih menjadi Gubernur DKI baru.


Source: http://strategimanajemen.net






Menjelang Pilkada DKI Jakarta putaran pertama






Jakarta, 6 Feb 2017

Cukup bagiku



Senandung menyejukkan kala galau melanda


Cukup bagiku pengetahuan Tuhanku

Daripada permintaan dan usahaku

Doa serta permohonanku
Sebagai bukti pada kefakiranku
Oleh kerana rahsia itu aku berdoa
Pada saat aku senang dan susah
Aku adalah hamba, menjadi kebanggaanku
Dalam kefakiran dan keperluanku
Wahai tuhanku yang memiliki aku
Kau Maha tahu akan keadaanku
Dan apa yang berada dalam hatiku
Dari kesedihan dan kesibukanku
Maka tolonglah aku dengan kelembutan
Dari-Mu Wahai Tuhan seluruh hamba
Wahai yang Maha Pemurah tolonglah hamba
Sebelum lenyap kesabaran hamba
Wahai pemberi pertolongan dengan segera
Berilah kami dengan segera pertolongan-Mu
Yang dapat menghilangkan kesulitan dan dapat mendatangkan
Dengan apa-apa yang kami harapkan semua
Wahai yang Maha dekat, dan menjawab
Wahai yang Maha mengetahui dan mendengar
Aku mengaku akan kelemahanku
Dan ketaatan serta kesedihanku
Aku sentiasa menunggu di hadapan pintu rahmat-Mu
Wahai Tuhanku berikanlah rahmat padaku
Pada lembah kurnia-Mu aku berada
Wahai Tuhanku tetapkanlah keberadaanku disana
Aku sentiasa mempunyai prasangka baik
Ia (prasangka baik) adalah teman dan kawanku
Juga penyenang bagiku dan yang setia bersamaku
Sepanjang malam dan siangku
Wahai Tuhanku, dalam jiwa ini terdapat hajat
Tunaikanlah Wahai yang Maha Menunaikan
Tenteramkanlah rahsia dan hatiku
Dari kebimbangan dan pergolakannya
Sungguh aku akan berada dalam ketenteraman dan ketenangan
Dan juga (ketenteraman dan ketenangan) menjadi pakaianku
https://www.youtube.com/watch?v=b9R8m_e_I7M






Jakarta, 20 February 2017

Decision Fatique



Tiap hari kita membuat ratusan keputusan, makan apa? makan dimana? pake baju yang mana? Bahkan beli baju yang mana setelah muter-muter di mall?

Beberapa keputusan penting, tapi tidak sedikit yang sepele. Sayangnya penelitian menunjukkan bahwa manusia memiliki keterbatasan kemampuan untuk berfikir secara konsisten. Ini berarti apabila kita terlalu banyak menggunakan otak untuk memutuskan banyak hal di pagi hari seperti contoh diatas mengakibatkan kekurangan kemampuan otak untuk memilih di siang hari dan setelahnya. Ini yang dikenal dengan Decision Fatique, yaitu kondisi psikologi di mana produktivitas kita terganggu sebagai akibat dari kelelahan mental karena terlalu banyak membuat keputusan yang tidak penting.
Inilah sebabnya mengapa banyak orang seperti Barack Obama, Steve Jobs, Mark Zuckerberg dan Albert Einstein memutuskan untuk mengurangi jumlah keputusan yang mereka buat sepanjang hari dengan melakukan hal-hal sederhana seperti memilih pakaian yang itu-itu saja  ^_^



Jakar

Hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia

Gus Dur pernah berkelakar, hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia. Mereka adalah polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng.

Siapa itu Hoegeng?

Ada kisah menarik saat Kapolri Jenderal Hoegeng diberhentikan Presiden Soeharto . Banyak pihak motif politik ada di belakang pencopotan ini.

Sejak mau dilantik sebagai Kapolri, Hoegeng memang sudah tak cocok dengan Soeharto . Tahun 1968, Hoegeng menghadap Soeharto . Saat itu Soeharto meminta agar polisi tak lagi bertugas di medan tempur. Dulu memang Brigade Mobil Polri terjun di berbagai pertempuran seperti TNI, mulai operasi Trikora di Papua, hingga Dwikora di Pedalaman Kalimantan.

Apa jawaban Hoegeng?

"Kalau begitu angkatan lain juga jangan mencampuri tugas angkatan kepolisian," kata Hoegeng tegas. Soeharto terdiam mendengarnya. Demikian ditulis dalam buku Hoegeng, Oase menyejukkan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa terbitan Bentang.

Sepak terjang Hoegeng membuat kroni keluarga Cendana mulai terusik. Apalagi sejumlah kasus diduga melibatkan orang-orang dekat Soeharto . Puncak perseteruan itu, Soeharto mencopot Hoegeng sebagai Kapolri tanggal 2 Oktober 1971 sebagai bentuk “tamparan” sang Presiden pada Kapolri yang terlampau jujur dan tak bisa dibungkam dengan suap berbagai bentuk terhadap sejumlah kasus.Baru tiga tahun, Hoegeng menjabat. Seharusnya masih ada dua tahun lagi.

Ironinya dengan alasan penyegaran, justru pengganti Hoegeng, Jenderal M Hasan lebih tua satu tahun.

Hoegeng menghadap Soeharto , dia menanyakan kenapa dicopot. Secara tersirat Soeharto berkata tak ada tempat untuk Hoegeng lagi.

Dengan tegas Hoegeng menjawab. "Ya sudah. Saya keluar saja," katanya.

Soeharto menawari Hoegeng dengan jabatan sebagai duta besar atau diplomat di negara lain. Sebuah kebiasaan untuk membuang mereka yang kritis terhadap Orde Baru. Hoegeng menolaknya.

"Saya tidak bisa jadi diplomat. Diplomat harus bisa minum koktail, saya tidak suka koktail," sindir Hoegeng.

Ada beberapa penyebab kenapa Hoegeng diganti. Salah satunya kasus penyelundupan mobil yang dilakukan Robby Tjahjadi.

Kasus itu sangat fenomenal pada akhir periode 1960an sampai awal 1970an. Robby adalah anak muda yang menyelundupkan ratusan mobil mewah ke Indonesia. Mulai Roll Royce, Jaguar, Alfa Romeo, BMW, Mercedes Benz dan lain-lain.

Robby menyuap sejumlah pihak di bea cukai dan kepolisian untuk melanggengkan aksinya. Diduga ada keterlibatan kroni keluarga Cendana dalam kasus ini.

Selain itu kasus pemerkosaan seorang penjual telur bernama Sumarijem di Yogyakarta. Anak seorang pejabat dan seorang anak pahlawan revolusi diduga ikut menjadi pelakunya.

Proses di pengadilan berjalan penuh rekayasa. Sumarijem yang menjadi korban malah menjadi tersangka. Hoegeng bertekad mengusut tuntas kasus ini. Dia siap menindak tegas para pelakunya walau dibekingi pejabat.

Belakangan Presiden Soeharto sampai turun tangan menghentikan kasus Sum Kuning. Dalam pertemuan di istana, Soeharto memerintahkan kasus ini ditangani oleh Team pemeriksa Pusat Kopkamtib.

Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar menilai sulit sekali mencari petinggi Polri sejujur Jenderal Hoegeng. Para polisi jujur sering tidak mendapat tempat di posisi komando atau posisi strategis.

"Ada yang jujur, hanya terjebak di tumpukan arsip dan tidak akan terkenal," kata Bambang

Source: berbagai sumber






Jakarta, 13 April 2017